Love in Malaysia
Pengalaman yang akan aku ceritakan dalam situs Rumah Seks ini, merupakan suatu pengalaman yang tak mungkin dapat aku lupakan begitu saja. Selain kejadiannya belum begitu lama, yakni pada akhir Januari 2004 lalu, juga lokasi tempat peristiwa itu berlangsung adalah di luar negeri, tepatnya negara Malaysia.
Bermula dari adanya undangan dari Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Malaysia padaku untuk menghadiri beberapa kegiatan ke beberapa tempat-tempat pariwisata yang ada di Malaysia, sekaligus menghadiri puncak perayaan Tahun Baru China yang dikenal dengan nama “Gong Xi Fa Chai” di kawasan wisata Danga Bay yang baru di kembangkan di Johor Bahru.
Pagi tanggal 22 Januari 2004, tepatnya hari Kamis, saya bersama beberapa travel agent dari kotaku lepas landas dari Bandara “T” dengan menggunakan pesawat MAS milik maskapai penerbangan Malaysia menuju Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA). Setelah transit beberapa menit sekaligus cap pasport tanda masuk ke negara jiran itu, kami lalu melanjutkan perjalanan menuju
Sultan Ismail (Senai Air Port) Johor Bahru. Selesai mengemasi barang-barang bawaan kami dari pihak kastam (bea cukai) Malaysia, ternyata kami sudah dijemput oleh pihak Mega FAM Malaysia, travel agent di Malaysia yang ditunjuk khusus untuk melayani kami selama mengikuti kegiatan tersebut, dengan menggunakan sebuah mobil fan “Regio”.
Oh ya, aku lupa memperkenalkan diri. Di Kota asalku, selain aku dikenal sebagai seorang fotografer terkenal berusia 33 tahun, aku juga merupakan salah seorang pengamat masalah pariwisata dan telah mengunjungi beberapa tempat wisata di negara Asia Tenggara. Dalam rombongan kami yang berjumlah 6 orang, hanya aku sendiri yang bukan berasal dari travel agent.
Oleh pihak Mega FAM yang menjadi pemandu kami, aku dan rombongan diinapkan di Hotel Eden Garden, sebuah hotel bintang lima yang lokasinya sangat strategis sekali di Johor Bahru, dimana di samping hotel dalam bangunan yang sama, selain merupakan kawasan free duty (bebas pajak), juga ada pelabuhan penyeberangan ke beberapa tempat di Indonesia.
Begitu kami sampai di Eden Garden, aku melihat kesibukan masing-masing pemandu yang mendampingi para undangan dari 17 itu negara cukup sibuk mengentry data peserta dan mencocokan namanya pada kamar yang telah disediakan. Sambil menunggu kunci kamar, aku mengeluarkan kretek kesukaanku dan menghisapnya dalam-dalam sambil duduk di loby hotel.
“Hai, selamat sore. Boleh saya duduk disini?” saya dikagetkan oleh suara lembut dalam bahasa Inggris.
Reflek aku menolehkan kepala ke arah suara tersebut. Aku jadi terkesima melihat seorang cewek bule yang cantik dengan postur tubuh yang sangat ideal dengan rambut pirang sebahu. Dan kulitnya, alamak..! Sangat jarang aku ketemu bule dengan kulit mulus nyaris tanpa bercak-bercak seperti kebanyakan bule-bule lainnya.
“Ya, silahkan,” aku menjawab dengan sedikit tergagap.
“Are you from Malaysia..?” tanya cewek yang aku taksir berusia sekitar 21 tahun itu.
“No, I’am from Indonesia,” jawabku.
“Bali..?” ujarnya lagi.
“Bukan, aku berasal dari kota ‘P’,” jawabku seraya menjelaskan letak kota kelahiranku yang terletak di pesisir Barat pulau Sumatera.
Lalu ia memperkenalkan dirinya sebagai Kristi, berasal dari negara Swedia. Ia juga menceritakan bahwa ia termasuk salah seorang dari 3 orang warga Swedia yang diundang Menteri Pariwisata, Senin dan Budaya Malaysia untuk mengikuti kegiatan promosi pariwisata di Malaysia itu. Dan akupun memperkenalkan diri, serta juga menceritakan perihal yang sama padanya.
Tak lama kemudian pembicaraan terputus ketika pemandu kami yang keturunan Pakistan memberikan kunci kamar 1249 padaku. Beberapa menit kemudian, Kristi kulihat juga menerima kunci kamarnya dari pemandunya yang ternyata berdekatan dengan kamarku, yakni di kamar nomor 1250.
“Hai, kamar kita berdekatan,” katanya, yang aku balas dengan sebuah anggukan dan tak lupa menebar senyum manis padanya.
Seluruh peserta yang telah mendapatkan kunci kamar masing-masing, oleh para pemandu dipersilahkan untuk berisitarahat di kamar masing-masing, sambil menjelaskan bahwa hari itu adalah acara bebas, namun besok paginya pukul 07.30 waktu setempat harus sudah berkumpul di loby hotel untuk mengikuti seminar yang akan dibuka langsung oleh Menteri Pariwisata, Senin dan Budaya Malaysia, di The Puteri Pan Pasific Hotel.
Eden Garden Hotel tempat kami menginap itu, cukup bagus dan berbentuk segi tiga. Di tengah hotel, pada lantai lima terdapat restoran yang menyajikan live music, sehingga para tamu yang menginap di lantai 5 hingga lantai paling atas, dapat menikmati hiburan live music itu dari depan pintu kamar masing-masing.
Aku baru saja selesai mandi dan masih menggunakan celana pendek hawai dan baju kaus singlet, ketika tiba-tiba bell di kamarku berbunyi. Ketika ku buka pintu kamar, ternyata Kristi telah berdiri di hadapanku dengan menggunakan baju tidur tipis berwarna hitam, sehingga kontras sekali dengan kulitnya yang putih mulus.
“Maaf, mengganggu. Boleh saya masuk..?” ujarnya memecah kesunyian, karena masih kaget dengan kedatangannya.
“Eh, oh.. ya. Silahkan,” jawabku sedikit terbata, yang dibalasnya dengan sebuah senyuman manis.
“Mau minum teh atau kopi? Atau kalau mau yang lain silahkan saja ambil di lemari pendingin itu,” aku menawarkan minuman, karena kebetulan air yang aku masak usai mandi tadi telah terdengar mendidih.
“Kopi juga boleh, tapi jangan pakai cream ya..,” kembali ia melemparkan senyumnya yang aduhai itu padaku, dan ia lalu beranjak menuju jendela untuk menikmati pemandangan di luar sana.
Tiba-tiba aku mendengar ia terpeleset jatuh dan meringis kesakitan. Dengan reflek, aku coba untuk menolongnya bangkit. Itulah kesalahanku, cangkir yang baru aku isi air panas itu ikut tumpah dan mengenai tanganku serta sebagian lagi tumpah ke pahanya.
“Aduh, panas sekali,” katanya sambil meraba pahanya.
Aku jadi salah tingkat dan tak tahu harus berbuat apa. Aku coba memapahnya serta menidurkannya di ranjangku yang berukuran besar itu.
“Aduh,” rintihnya sambil mengusap-usap bagian paha kanannya.
“Maaf, aku tidak sengaja,” jawabku dan tanpa sadar ikut pula mengusap-usap pahanya.
Sejenak ia menatapku, dan akupun balas menatap tepat di bola matanya. Ia tersenyum dan akupun membalas senyumannya itu. Perlahan ia menyingkapkan baju tidurnya untuk melihat pahanya yang tersiram air panas tadi. Kulihat ada rona merah pada paha kanannya yang putih mulus itu.
“Ah, tidak apa-apa kok. Justru yang terasa sakit itu disini akibat terjatuh tadi. Boleh bantu aku memijitnya..?” katanya yang membuat aku jadi tersentak kaget. Namun entah kenapa, aku menurut saja dan dengan sedikit ragu mulai meraba bagian pahanya yang terkilir itu.
Dengan sedikit gemetar, aku mulai memijit pahanya yang terbentur karena kaki kursi tadi. Tiba-tiba saja, ku rasakan hawa panas menjalari tanganku, dan terus ke seluruh tubuhku. Pahanya kurasakan begitu lembut, dan rasanya tanganku keenakan memijitnya.
“Oh, enak sekali. Terus Sandy, rasanya ngilunya berangsur hilang,” rintihnya.
“Sebentar lagi juga hilang sakitnya,” jawabku dengan gemetar menahan gejolak nafsuku yang mulai memuncak ke ubun-ubun.
“Kamu pintar juga memijit ya, kebetulan badanku capek benar karena terbang cukup lama dari swedia tadi. Boleh aku minta pijit tubuhku?” katanya yang membuatku sedikit terkejut.
Namun karena apa yang aku inginkan untuk menyentuh seluruh tubuhnya terbuka, tanpa menunggu lama aku menganggukkan kepala tanda setuju. Dan Kristi, tanpa minta persetujuanku lebih dahulu, langsung saja mencopot pakaian tidurnya yang tipis itu, dan kemudian telungkup di tempat tidur.
“Sandy, supaya kerja kamu tidak terhalang, kamu buka saja kaitan BH ku,” ujarnya, aku langsung saja membuka kaitan BHnya.
Akupun mulai memijit bagian-bagian tertentu di tubuhnya sehingga membuat tubuh Kristi terasa sedikit mulai segar. Apalagi, selama ini aku juga sudah pernah belajar memijit dari kakekku yang seorang ahli pijit di kampungku.
“Oh, Sandy. Kamu pintar sekali memijit. Aku ingin seluruh tubuhku dipijit sama kamu,” katanya.
“Apapun yang kamu minta malam ini, akan aku berikan,” jawabku menyenangkan hatinya.
“Betul, Sandy?” filmbokepjepang.com ia membalikkan badannya dan duduk di sampingku dan menatap wajahku.
“Sure..!” jawabku lagi.
“Oh, kamu memang baik sekali,” dan tanpa kusangka sedikitpun, ternyata bibirnya yang ranum dan merah merekah itu telah mendarat saja di bibirku.
Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kuluman bibir dan permainan lidahnya aku balas dengan hangat. Lidahku maupun lidahnya saling kait mengait di dalam rongga mulut kami yang sudah saling beradu. Ia semakin erat memelukku, sementara tanganku mulai nakal dan coba mencari tonjolan di dadannya yang mulus itu.
“Uh, kamu nakal Sandy,” rengek Kristi dan merebahkan dirinya ke ranjang namun tidak melepaskan pelukannya pada diriku, sehingga otomatis tubuhku menindih tubuh mulusnya.
Aku terpana melihat pemandangan yang begitu indah, terutama menyaksikan tonjolan di dadanya yang berukuran 36B dengan puting warna pink yang menjulang. Dengan tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, aku mainkan puting susunya dengan lidahku, sehingga membuat Kristi merintih merasakan nikmat yang tiada tara.
Aku jadi semakin ingin memberikan kenikmatan yang tiada tara kepadanya. Lidahku terus merambat turun, dan sebentar bermain-main di pusarnya. Kemudian turun lagi ke bawah, dan terus menjilati celana dalamnya yang juga berwarna hitam namun sudah mulai dibanjiri cairan yang cukup kental.
Secara perlahan-lahan, aku buka dan pelorotkan CD-nya hingga ia menjadi polos dan telanjang bulat. Disekitar lubang vaginanya, aku lihat bulu-bulu halus berwarna pirang namun tercukur rapi. Dengan rakus, aku lalu menjilati sekitar liang vaginanya serta mempermainkan clitorisnya dengan lidahku. Aku melihat Kristi semakin menggelinjang dan merintih merasakan rasa nikmat yang tiada tara.
Aku terus kosentrasi mempermainkan sekitar lubang vaginana, dan sekali-sekali tanganku menyambar dua puncak gunung yang menjulang tinggi, seakan-akan menantang diriku untuk melumatnya. Dan tiba-tiba, aku merasakan tubuh Kristi menegang dan menjepit kuat kepalaku dengan kakinya.
“Oh, Sandy.. Aku mau ke.. luar..!” rintihnya.
Dan aku semakin menggebu-gebu untuk terus menjilati sekitar rongga vaginanya yang sudah mulai melebar, sehingga akhirnya kurasakan banyak cairan berwarna putih keluar dari lubang vaginanya yang terasa panas dengan aromanya yang khas membanjiri mulutku. Aku hisap seluruh cairan yang keluar tersebut dan menelannya dengan nikmat.
“Sandy, kamu benar-benar hebat. Aku merasa puas sekali,” Kristi langsung duduk dan mencium bibirku dengan mesra.
Aku membalas ciuman itu dengan mesra. Dan Kristi tampaknya mulai terangsang lagi, dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Dan tanpa ku duga sama sekali, ia langsung menarik kaos singlet yang kupakai ke atas hingga lepas, dan setelah itu berusaha melorotkan celana hawai dan kemudian CD yang kupakai.
Tanpa membuang waktu lagi, aku kembali menggumul Kristi dan memainkan lidahku pada tempat-tempat sensitif yang dimilikinya. Sambil mengerang mengerang kenikmatan, Kristi mencoba mencari rudalku dengan ukuran 16,5 Cm dengan diamater 3 cm yang sejak tadi sudah mengeras itu, dan mengarahkannya ke lubang vaginanya yang sudah siap tembak.
“Ayo Sandy, masukkan. Aku sudah tidak tahan lagi,” ujarnya lemah.
Dan setelah kepala rudal milikku tepat berada di lubang vaginanya, secara perlahan aku hentakkan untuk bisa menembus lobang yang cukup sempit itu. Sedikit-demi sedikit, rudalku berhasil menembus lubang kenikmatan milik Kristi, hingga akhirnya tembus sampai ke dasarnya.
“Oh, nikmat sekali Sandy,” rintih Kristi begitu punyaku menyentuh dasar vaginanya.
“Iya, aku juga merasakan kenikmatan yang tiada duanya sayang..,? jawabku.
Kristi terlihat semakin memperkencang goyang pinggulnya, dan aku mengimbanginya dengan mempercepat pula kocokan rudalku keluar masuk lubang vaginanya. Setelah rudalku keluar masuk sekitar 25 menit lamanya, aku melihat Kristi sudah hampir mencapai orgasmenya yang kedua.
“Sandy, aku mau keluar lagi,” erangnya.
“Tahan sebentar sayang, saya juga sudah mau sampai,” jawabku.
“Oh, aku sudah tidak tahan lagi,” ia kembali mengerang.
“Iya, kita sama-sama saja ya. Aku keluarkan di dalam atau di luar?” tanyaku.
“Di dalam saja, biar aku bisa menikmati rasanya semburan spermamu,” katanya.
Akhirnya dalam suatu tempo permainan yang sudah mencapai puncaknya, kami sama-sama terhempas ke ranjang setelah berbarengan mencapai puncak kenikmatan yang tiada tara. Kami kemudian sama-sama mandi, dan di kamar mandi kembali permainan kenikmatan tadi kami ulangi, sebelum akhirnya ia mohon diri kembali ke kamarnya, setelah jam menunjukkan pukul 01.45 waktu Malaysia.
*****
Para pembaca Rumah Seks yang setia, bagi anda yang ingin berkomunikasi tentang seks denganku, silahkan kirim surat keemailku, [email protected] dan nantikan lanjutan cerita selama aku 6 hari berada di Malaysia.,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bermula dari adanya undangan dari Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Malaysia padaku untuk menghadiri beberapa kegiatan ke beberapa tempat-tempat pariwisata yang ada di Malaysia, sekaligus menghadiri puncak perayaan Tahun Baru China yang dikenal dengan nama “Gong Xi Fa Chai” di kawasan wisata Danga Bay yang baru di kembangkan di Johor Bahru.
Pagi tanggal 22 Januari 2004, tepatnya hari Kamis, saya bersama beberapa travel agent dari kotaku lepas landas dari Bandara “T” dengan menggunakan pesawat MAS milik maskapai penerbangan Malaysia menuju Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA). Setelah transit beberapa menit sekaligus cap pasport tanda masuk ke negara jiran itu, kami lalu melanjutkan perjalanan menuju
Sultan Ismail (Senai Air Port) Johor Bahru. Selesai mengemasi barang-barang bawaan kami dari pihak kastam (bea cukai) Malaysia, ternyata kami sudah dijemput oleh pihak Mega FAM Malaysia, travel agent di Malaysia yang ditunjuk khusus untuk melayani kami selama mengikuti kegiatan tersebut, dengan menggunakan sebuah mobil fan “Regio”.
Oh ya, aku lupa memperkenalkan diri. Di Kota asalku, selain aku dikenal sebagai seorang fotografer terkenal berusia 33 tahun, aku juga merupakan salah seorang pengamat masalah pariwisata dan telah mengunjungi beberapa tempat wisata di negara Asia Tenggara. Dalam rombongan kami yang berjumlah 6 orang, hanya aku sendiri yang bukan berasal dari travel agent.
Oleh pihak Mega FAM yang menjadi pemandu kami, aku dan rombongan diinapkan di Hotel Eden Garden, sebuah hotel bintang lima yang lokasinya sangat strategis sekali di Johor Bahru, dimana di samping hotel dalam bangunan yang sama, selain merupakan kawasan free duty (bebas pajak), juga ada pelabuhan penyeberangan ke beberapa tempat di Indonesia.
Begitu kami sampai di Eden Garden, aku melihat kesibukan masing-masing pemandu yang mendampingi para undangan dari 17 itu negara cukup sibuk mengentry data peserta dan mencocokan namanya pada kamar yang telah disediakan. Sambil menunggu kunci kamar, aku mengeluarkan kretek kesukaanku dan menghisapnya dalam-dalam sambil duduk di loby hotel.
“Hai, selamat sore. Boleh saya duduk disini?” saya dikagetkan oleh suara lembut dalam bahasa Inggris.
Reflek aku menolehkan kepala ke arah suara tersebut. Aku jadi terkesima melihat seorang cewek bule yang cantik dengan postur tubuh yang sangat ideal dengan rambut pirang sebahu. Dan kulitnya, alamak..! Sangat jarang aku ketemu bule dengan kulit mulus nyaris tanpa bercak-bercak seperti kebanyakan bule-bule lainnya.
“Ya, silahkan,” aku menjawab dengan sedikit tergagap.
“Are you from Malaysia..?” tanya cewek yang aku taksir berusia sekitar 21 tahun itu.
“No, I’am from Indonesia,” jawabku.
“Bali..?” ujarnya lagi.
“Bukan, aku berasal dari kota ‘P’,” jawabku seraya menjelaskan letak kota kelahiranku yang terletak di pesisir Barat pulau Sumatera.
Lalu ia memperkenalkan dirinya sebagai Kristi, berasal dari negara Swedia. Ia juga menceritakan bahwa ia termasuk salah seorang dari 3 orang warga Swedia yang diundang Menteri Pariwisata, Senin dan Budaya Malaysia untuk mengikuti kegiatan promosi pariwisata di Malaysia itu. Dan akupun memperkenalkan diri, serta juga menceritakan perihal yang sama padanya.
Tak lama kemudian pembicaraan terputus ketika pemandu kami yang keturunan Pakistan memberikan kunci kamar 1249 padaku. Beberapa menit kemudian, Kristi kulihat juga menerima kunci kamarnya dari pemandunya yang ternyata berdekatan dengan kamarku, yakni di kamar nomor 1250.
“Hai, kamar kita berdekatan,” katanya, yang aku balas dengan sebuah anggukan dan tak lupa menebar senyum manis padanya.
Seluruh peserta yang telah mendapatkan kunci kamar masing-masing, oleh para pemandu dipersilahkan untuk berisitarahat di kamar masing-masing, sambil menjelaskan bahwa hari itu adalah acara bebas, namun besok paginya pukul 07.30 waktu setempat harus sudah berkumpul di loby hotel untuk mengikuti seminar yang akan dibuka langsung oleh Menteri Pariwisata, Senin dan Budaya Malaysia, di The Puteri Pan Pasific Hotel.
Eden Garden Hotel tempat kami menginap itu, cukup bagus dan berbentuk segi tiga. Di tengah hotel, pada lantai lima terdapat restoran yang menyajikan live music, sehingga para tamu yang menginap di lantai 5 hingga lantai paling atas, dapat menikmati hiburan live music itu dari depan pintu kamar masing-masing.
Aku baru saja selesai mandi dan masih menggunakan celana pendek hawai dan baju kaus singlet, ketika tiba-tiba bell di kamarku berbunyi. Ketika ku buka pintu kamar, ternyata Kristi telah berdiri di hadapanku dengan menggunakan baju tidur tipis berwarna hitam, sehingga kontras sekali dengan kulitnya yang putih mulus.
“Maaf, mengganggu. Boleh saya masuk..?” ujarnya memecah kesunyian, karena masih kaget dengan kedatangannya.
“Eh, oh.. ya. Silahkan,” jawabku sedikit terbata, yang dibalasnya dengan sebuah senyuman manis.
“Mau minum teh atau kopi? Atau kalau mau yang lain silahkan saja ambil di lemari pendingin itu,” aku menawarkan minuman, karena kebetulan air yang aku masak usai mandi tadi telah terdengar mendidih.
“Kopi juga boleh, tapi jangan pakai cream ya..,” kembali ia melemparkan senyumnya yang aduhai itu padaku, dan ia lalu beranjak menuju jendela untuk menikmati pemandangan di luar sana.
Tiba-tiba aku mendengar ia terpeleset jatuh dan meringis kesakitan. Dengan reflek, aku coba untuk menolongnya bangkit. Itulah kesalahanku, cangkir yang baru aku isi air panas itu ikut tumpah dan mengenai tanganku serta sebagian lagi tumpah ke pahanya.
“Aduh, panas sekali,” katanya sambil meraba pahanya.
Aku jadi salah tingkat dan tak tahu harus berbuat apa. Aku coba memapahnya serta menidurkannya di ranjangku yang berukuran besar itu.
“Aduh,” rintihnya sambil mengusap-usap bagian paha kanannya.
“Maaf, aku tidak sengaja,” jawabku dan tanpa sadar ikut pula mengusap-usap pahanya.
Sejenak ia menatapku, dan akupun balas menatap tepat di bola matanya. Ia tersenyum dan akupun membalas senyumannya itu. Perlahan ia menyingkapkan baju tidurnya untuk melihat pahanya yang tersiram air panas tadi. Kulihat ada rona merah pada paha kanannya yang putih mulus itu.
“Ah, tidak apa-apa kok. Justru yang terasa sakit itu disini akibat terjatuh tadi. Boleh bantu aku memijitnya..?” katanya yang membuat aku jadi tersentak kaget. Namun entah kenapa, aku menurut saja dan dengan sedikit ragu mulai meraba bagian pahanya yang terkilir itu.
Dengan sedikit gemetar, aku mulai memijit pahanya yang terbentur karena kaki kursi tadi. Tiba-tiba saja, ku rasakan hawa panas menjalari tanganku, dan terus ke seluruh tubuhku. Pahanya kurasakan begitu lembut, dan rasanya tanganku keenakan memijitnya.
“Oh, enak sekali. Terus Sandy, rasanya ngilunya berangsur hilang,” rintihnya.
“Sebentar lagi juga hilang sakitnya,” jawabku dengan gemetar menahan gejolak nafsuku yang mulai memuncak ke ubun-ubun.
“Kamu pintar juga memijit ya, kebetulan badanku capek benar karena terbang cukup lama dari swedia tadi. Boleh aku minta pijit tubuhku?” katanya yang membuatku sedikit terkejut.
Namun karena apa yang aku inginkan untuk menyentuh seluruh tubuhnya terbuka, tanpa menunggu lama aku menganggukkan kepala tanda setuju. Dan Kristi, tanpa minta persetujuanku lebih dahulu, langsung saja mencopot pakaian tidurnya yang tipis itu, dan kemudian telungkup di tempat tidur.
“Sandy, supaya kerja kamu tidak terhalang, kamu buka saja kaitan BH ku,” ujarnya, aku langsung saja membuka kaitan BHnya.
Akupun mulai memijit bagian-bagian tertentu di tubuhnya sehingga membuat tubuh Kristi terasa sedikit mulai segar. Apalagi, selama ini aku juga sudah pernah belajar memijit dari kakekku yang seorang ahli pijit di kampungku.
“Oh, Sandy. Kamu pintar sekali memijit. Aku ingin seluruh tubuhku dipijit sama kamu,” katanya.
“Apapun yang kamu minta malam ini, akan aku berikan,” jawabku menyenangkan hatinya.
“Betul, Sandy?” filmbokepjepang.com ia membalikkan badannya dan duduk di sampingku dan menatap wajahku.
“Sure..!” jawabku lagi.
“Oh, kamu memang baik sekali,” dan tanpa kusangka sedikitpun, ternyata bibirnya yang ranum dan merah merekah itu telah mendarat saja di bibirku.
Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kuluman bibir dan permainan lidahnya aku balas dengan hangat. Lidahku maupun lidahnya saling kait mengait di dalam rongga mulut kami yang sudah saling beradu. Ia semakin erat memelukku, sementara tanganku mulai nakal dan coba mencari tonjolan di dadannya yang mulus itu.
“Uh, kamu nakal Sandy,” rengek Kristi dan merebahkan dirinya ke ranjang namun tidak melepaskan pelukannya pada diriku, sehingga otomatis tubuhku menindih tubuh mulusnya.
Aku terpana melihat pemandangan yang begitu indah, terutama menyaksikan tonjolan di dadanya yang berukuran 36B dengan puting warna pink yang menjulang. Dengan tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, aku mainkan puting susunya dengan lidahku, sehingga membuat Kristi merintih merasakan nikmat yang tiada tara.
Aku jadi semakin ingin memberikan kenikmatan yang tiada tara kepadanya. Lidahku terus merambat turun, dan sebentar bermain-main di pusarnya. Kemudian turun lagi ke bawah, dan terus menjilati celana dalamnya yang juga berwarna hitam namun sudah mulai dibanjiri cairan yang cukup kental.
Secara perlahan-lahan, aku buka dan pelorotkan CD-nya hingga ia menjadi polos dan telanjang bulat. Disekitar lubang vaginanya, aku lihat bulu-bulu halus berwarna pirang namun tercukur rapi. Dengan rakus, aku lalu menjilati sekitar liang vaginanya serta mempermainkan clitorisnya dengan lidahku. Aku melihat Kristi semakin menggelinjang dan merintih merasakan rasa nikmat yang tiada tara.
Aku terus kosentrasi mempermainkan sekitar lubang vaginana, dan sekali-sekali tanganku menyambar dua puncak gunung yang menjulang tinggi, seakan-akan menantang diriku untuk melumatnya. Dan tiba-tiba, aku merasakan tubuh Kristi menegang dan menjepit kuat kepalaku dengan kakinya.
“Oh, Sandy.. Aku mau ke.. luar..!” rintihnya.
Dan aku semakin menggebu-gebu untuk terus menjilati sekitar rongga vaginanya yang sudah mulai melebar, sehingga akhirnya kurasakan banyak cairan berwarna putih keluar dari lubang vaginanya yang terasa panas dengan aromanya yang khas membanjiri mulutku. Aku hisap seluruh cairan yang keluar tersebut dan menelannya dengan nikmat.
“Sandy, kamu benar-benar hebat. Aku merasa puas sekali,” Kristi langsung duduk dan mencium bibirku dengan mesra.
Aku membalas ciuman itu dengan mesra. Dan Kristi tampaknya mulai terangsang lagi, dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Dan tanpa ku duga sama sekali, ia langsung menarik kaos singlet yang kupakai ke atas hingga lepas, dan setelah itu berusaha melorotkan celana hawai dan kemudian CD yang kupakai.
Tanpa membuang waktu lagi, aku kembali menggumul Kristi dan memainkan lidahku pada tempat-tempat sensitif yang dimilikinya. Sambil mengerang mengerang kenikmatan, Kristi mencoba mencari rudalku dengan ukuran 16,5 Cm dengan diamater 3 cm yang sejak tadi sudah mengeras itu, dan mengarahkannya ke lubang vaginanya yang sudah siap tembak.
“Ayo Sandy, masukkan. Aku sudah tidak tahan lagi,” ujarnya lemah.
Dan setelah kepala rudal milikku tepat berada di lubang vaginanya, secara perlahan aku hentakkan untuk bisa menembus lobang yang cukup sempit itu. Sedikit-demi sedikit, rudalku berhasil menembus lubang kenikmatan milik Kristi, hingga akhirnya tembus sampai ke dasarnya.
“Oh, nikmat sekali Sandy,” rintih Kristi begitu punyaku menyentuh dasar vaginanya.
“Iya, aku juga merasakan kenikmatan yang tiada duanya sayang..,? jawabku.
Kristi terlihat semakin memperkencang goyang pinggulnya, dan aku mengimbanginya dengan mempercepat pula kocokan rudalku keluar masuk lubang vaginanya. Setelah rudalku keluar masuk sekitar 25 menit lamanya, aku melihat Kristi sudah hampir mencapai orgasmenya yang kedua.
“Sandy, aku mau keluar lagi,” erangnya.
“Tahan sebentar sayang, saya juga sudah mau sampai,” jawabku.
“Oh, aku sudah tidak tahan lagi,” ia kembali mengerang.
“Iya, kita sama-sama saja ya. Aku keluarkan di dalam atau di luar?” tanyaku.
“Di dalam saja, biar aku bisa menikmati rasanya semburan spermamu,” katanya.
Akhirnya dalam suatu tempo permainan yang sudah mencapai puncaknya, kami sama-sama terhempas ke ranjang setelah berbarengan mencapai puncak kenikmatan yang tiada tara. Kami kemudian sama-sama mandi, dan di kamar mandi kembali permainan kenikmatan tadi kami ulangi, sebelum akhirnya ia mohon diri kembali ke kamarnya, setelah jam menunjukkan pukul 01.45 waktu Malaysia.
*****
Para pembaca Rumah Seks yang setia, bagi anda yang ingin berkomunikasi tentang seks denganku, silahkan kirim surat keemailku, [email protected] dan nantikan lanjutan cerita selama aku 6 hari berada di Malaysia.,,,,,,,,,,,,,,,,,,